Friday, January 16, 2009

Musim banjir lagi..........

Mulai beberapa hari yang lalu, hujan udah mulai turun lagi dengan deras banget ..
Kelihatannya dah mau banjir besar-besaran lagi nih...
Kasihan ya yang tinggal di tempat-tempat yang banjir, secara g juga dah ngerasain rumah kebajiran, dan juga dah berapa kali ngerasain pulang naik motor di tengah hujan deras dan harus menerobos banjir...

Nah, ngomong-ngomong banjir.. Dari semua orang yang merasakan banjir, sebenarnya dapat dibagi menjadi 3 golongan. Golongan apa aja tuh ? Mari kita lihat :

- Golongan pertama : orang miskin. Orang miskin kena banjir, rumah, baju, semua miliknya terendam air. Apa yang dirasakannya ? Ya, tentunya sedih, sedikit stress. But, it's ok. Karena emang rumahnya toh mudah dibangun lagi dengan bahan seadanya, baju juga bisa didapat dengan mencari sumbangan atau beli baju-baju bekas, atau lainnya. Menderita ya pasti. Tapi toh memang sudah biasa menderita.. Jadi emang udah tabah dan kuat menghadapi cobaan dan derita.

- Golongan kedua : orang kaya. Orang kaya kena banjir gak terlalu berasa. Toh rumahnya sudah ditinggiin, jadi kemungkinan kena susah. Lah, terus emang mereka gak merasakan kalau listrik mati ? kalau gak ada air ? Oh, ya enggak. Namanya juga orang kaya. Emangnya rumah cuma satu. Ya jelas pindah dong ke rumah yang udah pasti bukan di daerah banjir. Jadi aman-aman aja selama banjir. Kalaupun gak punya rumah lain, ya tinggal aja di hotel sebulan-dua bulan sampai musim banjir lewat. Namanya juga orang kaya. Tinggal di hotel sebulan-dua bulan mah gak berasa duitnya. Kalaupun rumahnya kebanjiran habis, kan duitnya banyak, ya tinggal beli lagi semuanya. Menderita ya tentu. Tapi gak terlalu menderita seperti orang miskin, cuma sedih dan kesal aja karena jadi mesti keluarin duit lebih yang seharusnya gak perlu. Jadi kesimpulannya, orang kaya mah gak berasa kena banjir, lebih berasa kalau harga saham turun sampai 50%.

- Golongan ketiga adalah orang-orang yang berkecukupan, bisa punya rumah, mobil, dan lain-lain, tapi tentunya dengan usaha keras, hutang sana hutang sini, cicil sana cicil sini. Nah, golongan ini yang paling merasakan kalau kena musibah seperti banjir. Bayangin aja, rumah cuma 1, itu aja masih nyicil 10 tahun lagi. Mobil 1, dan masih nyicil 2 tahun lagi. Sofa, ranjang, dan segala isi rumah, dibeli dengan menguras tabungan supaya bisa merasakan kenyamanan dan kesenangan. Eh, tiba-tiba semuanya habis. Rumah jadi berlumut karena direndam banjir berhari-hari. Mobil yang masih nyicil pun kena rendam sehingga harus diservis habis yang memakan banyak ongkos. Belum lagi kalau ic nya kena dan perlu diganti yang notabene harganya sangat mahal (malah ada orang bilang mendingan mobilnya dicuri maling d sekalian, nanti diganti asuransi, ongkos sendiri nya masih lebih murah dibanding ganti ic mobilnya). Sofa, ranjang, dan segala macam isi rumah yang tadi dibeli dengan susah payah, semuanya rusak dan hanya sebagian yang bisa dipakai lagi, sehingga lagi-lagi memakan biaya yang tidak murah untuk golongan ini. Alhasil, banyak yang stress, bahkan ada yang jadi gila dan bunuh diri (kenyataan di surat kabar waktu banjir besar tuh dulu tahun 2003 ya kalau gak salah). Jadi kesimpulannya, golongan ketiga ini paling merasakan derita banjir, karena mereka tidak terlalu punya uang untuk mengganti kerusakan yang diderita seperti golongan kedua, dan juga tidak tahan banting/derita seperti golongan pertama.


Nah, masalahnya golongan ketiga ini mengikuti golongan kedua (yang kaya) meninggikan rumahnya dan jalan depan rumahnya ketika punya uang lebih demi menghindari banjir. Padahal kalau banjir, walaupun rumahnya gak kemasukan banjir, kalau di sekeliling nya banjir juga ya gak terlalu efek. Bayangin terkurung di rumah sendiri, gak bisa keluar kemana-mana karena banjir, listrik mati, gak ada air bersih. So, buat apa ?
Dan lama-lama, jika semua orang meninggikan jalan, pada akhirnya jalanan depan rumahnya dan rumahnya sendiri bukanlah yang paling tinggi lagi, sehingga mungkin beberapa tahun kemudian akhirnya dia merasakan banjir lagi.

Untuk warga yang cukup terkoordinasi, mereka mengumpulkan sisa duitnya lagi untuk membangun pompa air untuk membuang banjir ke daerah lain. Alhasil, warga di daerah lain itulah yang jadinya merasakan getahnya. Yang tadinya daerahnya tidak banjir jadi ikut-ikutan kena banjir, atau kalau tadinya cuma kena banjir sedikit, sekarang jadi kena banjir lebih tinggi. Artinya jadinya mereka menyusahkan dan membuat orang lain menderita. Kalau orang lain itu juga bisa mengkoordinasikan daerahnya, maka mereka juga akan membuat pompa juga dan membuang air ke tempat lain, atau bahkan membuang kembali ke warga yang pertama. Pada akhirnya tetap saja banjir terjadi dan semua orang dirugikan.

Lalu apa yang mestinya dilakukan ? Nah, kenapa mereka gak ramai-ramai aja kumpulin duitnya yang dipakai untuk meninggikan rumah dan membangun pompa yang tidak menyelesaikan masalah itu, dan lalu dipakai untuk membuat sungai, atau mengeruk dan membersihkan sungai dari sampah-sampah yang ada dan mungkin juga menanam pepohonan di lingkungannya untuk penyerapan air. Hal ini lebih baik untuk mencegah banjir, dan baik untuk kepentingan semua orang.

Hal ini bukanlah hal mudah karena semua orang egois dan cenderung ingin menyelamatkan dirinya sendiri saja. Perlu koordinasi yang sangat baik, dan bantuan dan paksaan dari pemerintah untuk menjalankan hal ini. Masalahnya, kita semua tau bagaimana pemerintah di negara tercinta kita ini (well, wakil rakyat saja dulu ada yang memalsukan ijazah dan tidur di ruang rapat, dan korupsi melulu, gimana mau mikirin rakyatnya dan ngurusin banjir ?)

Jadi, sampai kapan Indonesia (terutama Jakarta) bisa lepas dari banjir ?
Entahlah... hanya Tuhan yang tau...

No comments:

Post a Comment